Sumber : kompas.com
Oleh : Alvira Dwi Utami
TABANAN, KOMPAS.com
- Pesantren milik Yayasan La Royba Bali Bina Insani, Desa Meliling, Kecamatan Kerambitan, Kabupaten Tabanan, Bali, memiliki 16 guru beragama Hindu dari total 43 orang guru. Hal ini disampaikan oleh Pendiri Yayasan La Royba, Haji Ketut Jamaludin Jamal di hadapan delegasi Bali Democracy Forum (BDF) IX yang melakukan kunjungan ke sekolah Islam tersebut. Kunjungan mereka diantar oleh Menteri Luar Negeri Retno Marsudi.
"Sebagian guru yang mengajar di sekolah kami baik MTs (Madrasah Tsanawiyah) maupun Madrasah Aliyah adalah guru yang beragama Hindu. Mereka mengajar pelajaran umum yang kami perlakukan sama dengan guru-guru muslim kami," kata Haji Ketut di Tabanan, Bali, Jumat(9/12/2016).
"Di Pondok Pesantren Bali Bina Insani pluralisme bukan sebuah idea tapi fakta. Bukan perbedaan yang kami kedepankan, tapi persamaan," tambah Haji Jamaludin.
Dalam sambutannya, Haji Jamaludin menegaskan bahwa soal toleransi di Pondok Pesantren Bali Bina Insani ini patut dijadikan contoh karena walaupun lokasinya berada di tengah-tengah umat lain, tapi tetap aman dan nyaman karena hubungan dengan masyarakat sekitar cukup baik.
"Kami menawarkan kerja sama dengan Badan Penanggulangan Terorisme, karena kami tegaskan bahwa teroriame adalah bahaya dimanapun juga. Pondok pesantren tidak pernah kenal kekerasan dan aksi teroris," tegasnya.
Setiap harinya, guru dan murid menggunakan bahasa pengantar Indoneaia dan bahasa Daerah Bali, selain diajarkan juga berbahasa Inggris dan Arab.
- Pesantren milik Yayasan La Royba Bali Bina Insani, Desa Meliling, Kecamatan Kerambitan, Kabupaten Tabanan, Bali, memiliki 16 guru beragama Hindu dari total 43 orang guru. Hal ini disampaikan oleh Pendiri Yayasan La Royba, Haji Ketut Jamaludin Jamal di hadapan delegasi Bali Democracy Forum (BDF) IX yang melakukan kunjungan ke sekolah Islam tersebut. Kunjungan mereka diantar oleh Menteri Luar Negeri Retno Marsudi.
"Sebagian guru yang mengajar di sekolah kami baik MTs (Madrasah Tsanawiyah) maupun Madrasah Aliyah adalah guru yang beragama Hindu. Mereka mengajar pelajaran umum yang kami perlakukan sama dengan guru-guru muslim kami," kata Haji Ketut di Tabanan, Bali, Jumat(9/12/2016).
"Di Pondok Pesantren Bali Bina Insani pluralisme bukan sebuah idea tapi fakta. Bukan perbedaan yang kami kedepankan, tapi persamaan," tambah Haji Jamaludin.
Dalam sambutannya, Haji Jamaludin menegaskan bahwa soal toleransi di Pondok Pesantren Bali Bina Insani ini patut dijadikan contoh karena walaupun lokasinya berada di tengah-tengah umat lain, tapi tetap aman dan nyaman karena hubungan dengan masyarakat sekitar cukup baik.
"Kami menawarkan kerja sama dengan Badan Penanggulangan Terorisme, karena kami tegaskan bahwa teroriame adalah bahaya dimanapun juga. Pondok pesantren tidak pernah kenal kekerasan dan aksi teroris," tegasnya.
Setiap harinya, guru dan murid menggunakan bahasa pengantar Indoneaia dan bahasa Daerah Bali, selain diajarkan juga berbahasa Inggris dan Arab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar