Sabtu, 03 Desember 2016

Rangkuman psikologi perkembangan peserta didik



BAB I
Psikologi Perkembangan

A.    Pengertian Psikologi Perkembangan
   Psikologi dapat dipelajari secara teoritis dan praktis. Psikologi yang dipelajari secara teoritis apabila orang dalam mempelajarinya demi ilmu itu sendiri, tidak dihubungkan dengan soal praktik. Sedangkan yang praktis, psikologi dipelajari dan dihubungkan dengan yang segi praktik. Dalam segi yang praktis ini, orang mencari jalan bagaimana dapat mempraktikan psikologi untuk kehidupan sehari-hari.
   Psikologi merupakan suatu disiplin ilmu yang sangat besar manfaatnya bagi kehidupan manusia. Psikologi menempatkan manusia sebagai objek kajiannya. Manusia sendiri adalah makhluk individual sekaligus makhluk sosial.
B.     Tujuan, Fungsi, dan Manfaat Psikologi Perkembangan
1.      Tujuan Mempelajari Psikologi Perkembangan Peserta Didik
·         Untuk mengetahui tingkah laku individu itu sesuai atau tidak dengan tingkat usia/perkembangannya.
·         Untuk mengetahui tingkat kemampuan individu pada setiap fase perkembangannya.
·         Untuk mengetahui kapan individu bisa diberi stimulus pada tingkat perkembangan tertentu.
·         Agar dapat mempersiapkan diri dalam menghadapi perubahan-perubahan yang akan tampak  pada anak.
·         Khusus, bagi guru agar dapat memilih dan memberikan materi dan metode yang sesuai dengan kebutuhan anak, terutama dalam kegiatan proses belajar mengajar.
·         Memberikan, mengukur, dan menerangkan perubahan dalam tingkah laku serta kemampuan yang sedang berkembang sesuai dengan tingkat usia dan yang mempunyai ciri-ciri universal, dalam artian yang berlaku bagi anak-anak dimana saja dalam lingkungan sosial budaya mana saja.
·         Mempelajari karakteristik umum perkembangan peserta didik, baik secara fisik, kognitif, maupun psikososial.
·         Mempelajari perbedaan-perbedaan yang bersifat pribadi pada tahapan, atau masa perkembangan tertentu.
·         Mempelajari tingkah laku anak pada lingkungan tertentu yang menimbulkan reaksi berbeda.
·         Mempelajari penyimpangan tingkah laku yang dialami seseorang, seperti kenakalan-kenakalan, kelainan-kelainan dalam fungsionalitas inteleknya, dan lain-lain.

2.      Fungsi Psikologi Sebagai Ilmu
   Psikologi perkembangan memiliki tiga fungsi sebagai ilmu, yaitu sebagai berikut:
·         Menjelaskan, yaitu mampu menjelaskan apa, bagaimana, dan mengapa tingkah laku itu terjadi. Hasilnya penjelasan berupa deskripsi atau bahasan yang bersifat deskriptif.
·         Memprediksikan, yaitu mampu meramalkan atau memprediksikan apa, bagaimana, dan mengapa tingkah laku itu terjadi. Hasil prediksi berupa prognosa, prediksi atau estimasi.
·         Pengendalian, yaitu mengendalikan tingkah laku sesuai dengan yang diharapkan. Perwujudannya berupa tindakan yang sifatnya preventif atau pencegahan, intervensi atau treatment serta rehabilitasi atau perawatan.
3.      Kegunaan Mempelajari Psikologi Perkembangan
   Perkembangan akan menimbulkan kesadaran terhadap diri sendiri, sehingga dapat melaksanakan tugas-tugas perkembangan dengan baik. Menurut Hurlock (1980:5-6), beberapa manfaat psikologi perkembangan adalah sebagai berikut:
a.       Membantu apa yang diharapkan oleh anak dan kapan yang diharapkan itu muncul.
b.      Dengan apa yang diharapkan dari anak, memungkinkan untuk menyusun pedoman dalam bentuk skala tinggi-berat, usia-berat, usia-mental dan skala perkembangan sosial atau emosional.
c.       Memungkinkan para orang tua atau guru memberikan bimbingan belajar yang tepat.
d.      Mengetahui perkembangan yang normal pada anak.
C.    Aspek dan Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Peserta Didik
1.      Pertumbuhan Fisik
a.       Pertumbuhan sebelum lahir
b.      Pertumbuhan setelah lahir
2.      Perkembangan Intelektual
a.       Tahap Sensori Motor (0-2 setengah tahun)
b.      Tahap pra-Operasional (usia 2-7 tahun)
c.       Tahap Operasional Konkret (usia 7-11 tahun)
d.      Tahap Operasional Formal (usia 11-15 tahun)
3.      Emosi
4.      Sosial
5.      Bahasa
6.      Bakat khusus
7.      Sikap, Nilai, dan Moral


D.    Perkembangan dan Pertumbuhan
1.      Pengertian Perkembangan
   Dalam usaha memahami psikologi perkembangan, kita harus mengetahui apa yang dimaksud dengan perkembangan. Mulanya kata perkembangan berasal dari biologi, kemudian pada abad ke-20 ini kata perkembangan dipergunakan oleh psikologi. Karena penggunaannya pertama-tama dalam biologi, pada masa berikutnya ada ahli-ahli yang menyebut pertumbuhan di samping kata perkembangan, bahkan ada orang yang menyebut kedua istilah itu untuk maksud yang sama.
2.      Pengertian Pertumbuhan
   Istilah perkembangan (development) dan pertumbuhan (growth) dalam arti biasa memang dikatakan hampir sama. Keduanya dapat diartikan adanya perubahan dari keadaan sesuatu kekeadaan yang lain. Namun, pada istilah pertumbuhan dititik beratkan pada perubahan fisik, sedangkan istilah perkembangan digunakan kalau lebih menekankan pada perubahan psikis.
3.      Aspek-Aspek yang Mempengaruhi Pertumbuhan
a.       Anak Sebagai Keseluruhan
b.      Umur Mental Anak Mempengaruhi Pertumbuhan
c.       Permasalahan Tingkah Laku Sering Berhubungan dengan Pola-Pola Pertumbuhan
d.      Penyesuaian Pribadi dan Sosial Mencerminkan Dinamika Pertumbuhan
E.     Fungsi Pertumbuhan dan Perkembangan Peserta Didik
Aspek-Aspek Pertumbuhan dan Perkembangan Peserta Didik
a.       Perumbuhan Fisik
   Pertumbuhan manusia merupakan perubahan fisik menjadi lebih besar dan lebih panjang dan prosesnya terjadi sejak manusia belum lahir hingga ia dewasa. Masa sebelum lahir merupakan pertumbuhan dan perkembangan manusia yang sangat kompleks, karena pada masa itu merupakan awal terbentuknya organ-organ tubuh dan tersusunya jaringan saraf yang membentuk sistem yang gelap.
b.      Kecerdasan (Intelek)
   Intelek merupakan kata lain pikir, berkembang sejalan dengan pertumbuhan syarat otak. Karena pikir pada dasarnya menunjukkan fungsi otak, maka kemampuan intelektual yang lazim disebut dengan istilah lain kemampuan berfikir, dipengaruhi oleh kematangan otak yang mampu menunjukkan fungsinya secara baik.
c.       Tempramen (Emosi)
   Rasa dan perasaan merupakan salah satu potensi yan khusus dimiliki oleh manusia. Dalam hidupnya atau dalam proses pertumbuhan dan perkembangan manusia, banyak hal yang dibutuhkannya.
d.      Sosial
   Sejalan dengan pertumbuhan badannya, bayi yang telah menjadi anak dan seterusnya dan menjadi dewasa akan mengenal lingkungan yang luas dan mengenal banyak manusia. Perkenalan dengan orang lain dimulai dengan mengnal ibunya, kemudian mengenal ayahnya dan saudara-saudaranya dan akhirnya mengenal manusia diluar keluarganya.
e.       Bahasa
   Fungsi bahasa adalah untuk komunikasi. Setiap orang senantiasa berkomunikasi dengan dunia sekitarnya, dengan orang-orang di sekitarnya.
f.       Bakat Khusus
   Bakat merupakan kemampuan tertentu atau khusus yang dimiliki oeh seorang individu yang hanya dengan rangsangan atau sedikit latihan, kemampuan itu dapat berkembang dengan baik.
g.      Sikap, Nilai, dan Moral
   Bloom (Woolfolk dan Nicolich, 1984:390) mengemukakan bahwa tujuan akhir dari proses belajar kelompok menjadi tiga sasaran, yaitu penguasaan pengetahuan (kognitif), penguasaan nilai, dan sikap (afektif) dan penguasaan psikomotorik.
h.      Intraksi Keturunan dan Lingkungan dalam Perkembangan
   Keturunan dan lingkungan berjalan bersama atau bekerja sama dan menghasilkan individu dengan kecerdasan, tempramen tinggi dan berat badan, minat yang khas. Karena pengaruh lingkungan bergantung pada karekteristik genetik, maka dapat dikatakan bahwa antara keduanya terdapat interaksi.
F.     Perbedaan Individu Peserta Didik
   Garry (1963) dalam buku Perkembangan Peserta Didik karya Sunarto dan B. Agung Hartono mengkategorikan perbedaan individual ke dalam bidang-bidang berikut:
a.       Perbedaan fisik, tingkat dan berat badan, jenis kelamin, pendengaran, penglihatan, dan kemampuan bertindak.
b.      Perbedaan sosial, termasuk status ekonomi, agama, hubungan keluarga, dan suku.
c.       Perbedaan kepribadian, termasuk watak, motif, minat, dan sikap.
d.      Perbedaan inteligensi dan kemampuan dasar.
e.       Perbedaan kecakapan atau kepandaian di sekolah.












                                    BAB II
Konsep Dasar Perkembangan Pesrta Didik

A.    Pengertian Peserta Didik
   Peserta didik dalam arti luas adalah setiap orang yang terkait dengan proses pendidikan sepanjang hayat, sedangkan dalam arti sempit adalah setiap siswa yang belajar di sekolah (Sinolungan, 1997). Departeman Pendidikan Nasional (2003) mengaskan bahwa peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan dirinya melalui jalur, jenjang dan jenis pendidikan.
B.     Tahap- tahap dan Ciri Perkembangan Anak
1.      Tahap Perkembangan Biologis
a.       Masa Prenatal
   Masa/periode ini terjadi, pada saat itu anak berada dalam kandungan dan sangat penting sebagai pembentukan manusia yang biasa berdampak sepanjang hidup. Memiliki tiga fase, yang pertama, yaitu pengalihan gen dari orang tua bila terjadi gangguan ciri fisik ataupun psikologinya akan terganggu. Kedua, pembentukan organ tubuh serta jenis kelamin, bila terjadi gangguan, akan mengakibatkan cacat bawaan. Ketiga, lingkungan dari kandungan dipengaruhi oleh kondisi psikologi dan fisik sang ibu.
b.      Masa Bayi
·         Infancy (orok): selama 2 minggu sejak lahir.
1)      Fase partunal, yaitu 30  menit setelah kelahiran bayi masih merasa bersatu dan tergantung seutuhnya kepada ibunya.
2)      Fase neonatal, yaitu setelah plasenta/ari-ari dipotong, bayi mulai berdiri sendiri sebagai individu.
·         Babyhood (bayi): 2 tahun setelah masa jabang bayi.
Masa ini pembentuk dasar kepribadian, mengalami pertumbuhan secara cepat, sekaligus ketergantungan dengan ibu berkurang/ individualis. Bayi mulai mengenal banyak orang (sosialisasi) dan peran seksual sebagaimana anak laki-laki dan anak perempuan.
c.       Masa Kanak-Kanak Awal (Early Childhood)
   Berlangsung dari umur 2 tahun sampai 6 tahun. Ini masa sulit karena anak menjadi susah dikontrol dan mulai sadar dia biasa melakukan apa pun tanpa bantuan dan merasa tidak harus tunduk pada lingkungan.
d.      Masa Kanak-Kanak Akhir (Late Childhood)
   Berlangsung 6 tahum sampai organ seksualnya masak, pada umumnya 12-13 tahun untuk wanita dan 14-15 tahun untuk pria.
e.       Masa Pubertas (Akhil Baligh)
   Pubertas ditandai dengan masaknya organ reproduksi, secara fisik sudah siap beranak-pinak, kemudian daya tarik terhadap lawan jenis lebih kuat. Dalam masa ini merupakan masa tumpang tindih dan sulit dibandingkan dengan masa sebelumnya bagi individu.
f.       Masa Remaja (Adolescense)
   Ini adalah masa transisi, yang sangat sulit dari masa sebelumnya/ secara umum merupakan klimaks. Hal ini dapat diuji individu telah mempunyai pola prilaku yang lebih mantap. Masa remaja dibagi 2 bagian, yaitu remaja awal sekitar usia 13-17 tahun dan remaja akhir usia sekitar 17-18 tahun.
g.      Masa Remaja Awal (Early Adulthood)
   Berkisar antara 18-40 tahun. Ini adalah masa pemantapan diri terhadap pola hidup baru/keluarga. Banyak kegiatan yang mulai ditinggalkan, seperti hura-hura, nongkrong.
h.      Masa Dewasa Madya (Middle Adulthood/Middle Age)
   Berkisar antara 40-60 tahun, kehidupan umumnya sudah mapan, berkeluarga, dan memiliki beberapa anak. Dalam masa ini, pria dan wanita karier merupakan masa puncak keberhasilan, tapi munculanlah berbagai penyakit fisik.
i.        Masa Usia Lanjut (Late Adulthood/Old Age)
   Pada umur 60 tahun ke atas, masa dimana mensyukuri yang sudah dicapai dari masa sebelumnya. Keadaan fisik sudah jauh menurun, bahkan sudah pensiun. Timbul berbagai macam masalah, baik ekonomi, status sosial, ditinggalkan pasangan, serta perubahan nilai-nilai yang begitu cepat.
2.      Tahap Perkembangan Berdasarkan Didaktif
   Adapun tahap-tahap perkembangan itu adalah sebagai berikut:
a.       Tahap I : dari umur 0 sampai 2 tahun. Tahap ini disebut tahap asuhan.
b.      Tahap II: dari umur 2 sampai 12 tahun. Tahap ini dinamakan tahap           pendidikan jasmani dan latihan-latihan panca indera.
c.       Tahap III: dari umur 12 sampai 15 tahun. Tahap ini disebut tahap pendidikan akal pikiran.
d.      Tahap IV: dari umur 15 sampai 20 tahun. Tahap ini disebut tahap pembentukan watak (karakter) dan pendidikan agama.
3.      Tahap Perkembangan Berdasarkan Psikologi
   Kroh membagi tahap-tahap perkembangan ini sebagai berikut:
a.       Tahap I : mulai umur 0 sampai 3 tahun, yang biasanya disebut juga masa kanak-kanak awal.
b.      Tahap II : mulai umur 3 sampai 13 tahun, yang disebut juga masa keserasian sekolah.
c.       Tahap III : mulai umur 13 sampai akhir masa remaja, yang biasanya disebut masa kematangan. Untuk menentukan umur berapa berakhirnya masa remaja itu, tidak dapat ditentukan dengan pasti tetapi pada umumnya sebagai perkiraan pada umur 21 tahun.
C.    Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Anak
   Diantara faktor-faktor di dalam diri yang sangat berpengaruh terhadap perkembangan individu adalah seperti berikut.
a.       Bakat atau pembawaan. Anak dilahirkan dengan membawa bakat-bakat tertentu, seperti bakat musik, seni, agama, akal yang tajam, dan sebagainya.
b.      Sifat-sifat keturunan. Sifat-sifat keturunan individu dipusakai dari orang tua atau nenek moyang dapat berupa fisik dan mental.
c.       Dorongan dan instink. Dorongan adalah kodrat hidup yang mendorong manusia melaksanakan sesuatu atau bertindak pada saatnya. Sedangkan instink atau naluri adalah kesanggupan atau ilmu tersembunyi yang menyuruh atau membisikan kepada manusia bagaimana cara-cara melaksanakan dorongan batin.
    Selain itu, ada juga yang menggolongkan faktor yang memengaruhi perkembangan peserta didik seperti berikut:
1.      Faktor Internal
a.       Kondisi Fisik
b.      Kondisi Psikis
2.      Faktor Eksternal
a.       Lingkungan Fisik
b.      Lingkungan Nonfisik
D.    Perkembangan Masa Hidup Anak
1.      Perkembangan Anak dari Segi Psikologi
a.       Masa Balita, Masa Prasekolah (2-5 Tahun)
   Pada masa ini, pertumbuhan fisik berjalan terus. Perumbuhan tidak sama dengan bertambahnya besar tubuh secara beraturan, melainkan suatu penambahan yang serasi, sehingga anak merupakan suatu kesatuan yang utuh.
b.      Masa Anak Sekolah (6-12 Tahun)
   Pada masa ini, anak memasuki masa belajar di dalam dan di luar sekolah. Anak belajar di sekolah, tetapi membuat latihan pekerjaan rumah yang mendukung hasil belajar di sekolah.
c.       Masa Anak Tanggung: Praremaja (10-12 Tahun)
   Masa praremaja ditandai dengan meningkatnya cara berfikir kritis. Anak tanggung selalu menanyakan sebab-sebab, akibat-akibat dengan cara menyanggah pendapat orang dewasa.
E.     Kematangan dan Perkembangan Pengalaman Peserta Didik
   Kematangan (maturation) adalah urutan perubahan yang dialami individu secara teratur yang ditentukan oleh rancangan genetiknya (Santrock dan Yussen, 1992:20). Kematangan dipandang sebagai suatu pembawaan (nature), yakni sebagai warisan biologis organisme yang dibawa sejak lahir.
   Para ahli psikologi perkembangan yang menekankan unsur kematangan atau pembawaan mengklaim perkembangan anak. Pada dasarnya, individu berkembang dalam cara yang terpola secara genetik, kecuali jika terganggu atau terhambat oleh faktor lingkungan yang bersifat merusak.


F.     Implikasi Pertumbuhan/ Perkembangan/ Kematangan Peserta Didik terhadap Proses Pembelajaran
   Istilah “Kematangan”, yang dalam bahasa Inggris disebut dengan maturation, sering dilawankan dengan immaturation, yang artinya tidak matang. Chaplin (2002) mengartikan kematangan (maturation) sebagai : 1. Perkembangan, proses mencapai kemasakan/usia masak. 2. Proses perkembangan, yang dianggap berasal dari keturunan, atau merupakan tingkah laku khusus spesies (jenis, rumpun).
   Dari pernyataan diatas, maka dapatlah ditarik beberapa implikasi pertumbuhan atau perkembangan atau kematangan peserta didik terhadap penyelenggaraan pendidikan sebagai berikut.
1.      Pertumbuhan dan perkembangan manusia sejak lahir berlangsung dalam lingkungan sosial yang meliputi semua manusia yang berada dalam lingkungan hidup itu.
2.      Interaksi manusia dengan lingkungannya sejak lahir menghendaki penguasaan lingkungan maupun penyesuaian diri pada lingkungan.
3.      Dalam iteraksi sosial, manusia sejak lahir telah menjadi anggota kelompok sosial yang dalam hal ini ialah keluarga.
4.      Atas dasar keterikatan dan kewajiban sosial para pendidik, terutama orang tua, maka anak senantiasa berusaha menciptakan lingkungan fisik, lingkungan sosial, serta lingkungan psikis yang sebaik-baiknya bagi proses pertumbuhan dan perkembangannya.
5.      Setelah umur kronologis mencapai lingkungan tertentu, anak telah mencapai berbagai tingkat kematangan intelektual, sosial, emosional, serta kemampuan jasmani yang lain.
6.      Kematangan sosial merupakan kiasan bagi kematangan intelektual, karena perkembangan kecerdasan berlangsung dalam linkungan sosial terserbut.
7.      Kematangan emosional meliputi kematangan sosial dan kematangan intelektual, karena sebagian besar tingkah laku manusia dikuasai atau ditentukan oleh kondisui perasannya.
8.      Kematangan jasmani merupakan dasar yang meliputi semua kematangan.
9.      Seorang anak dimana anak sekolah adalah seorang realis yang hendak mengenal kenyataan di sekitarnya menurut keadaan senyatanya atau objektif apa adanya.
10.  Pemahaman guru terhadap minat dan perhatian peserta didik akan sangat bermanfaat dalam perencanaan program-program pendidikan maupun pengajaran.

1.      Perkembangan Anak Usia Sekolah Dasar
   Bagi anak usia sekolah dasar, perkembangan, pertumbuhan, dan kematangan dapat dilihat dari beberapa sudut perkembangan sebagai berikut:
a.       Perkembangan Intelektual
b.      Perkembangan Bahasa
c.       Perkembangan Sosial
d.      Perkembangan Emosi
e.       Perkembangan Emosional
f.       Perkembangan Penghayatan Keagamaan
g.      Perkembangan Motorik






































                            BAB III
              Karakteristik Perkembangan Dan Teori Perkembangan Peserta Didik

A.    Karakteristik Perkembangan Peserta Didik
   Secara garis besarnya, aspek-aspek perkembang meliputi perkembangan fisik-motorik dan otak, perkembangan kognitif, dan perkembangan sosio-emosional. Masing-masing aspek perkembangan dihubungkan dengan pendidikan, sehingga para guru diharapkan mampu memberikan layanan pendidikan atau menggunakan strategi pembelajaran yang relavan dengan karekteristik perkembangan tersebut. Secara umum, karekteristik perkembangan peserta didik dibedakan seperti berikut;
1.      Karakteristik dan Ciri Perkembangan Anak Usia Sekolah Dasar (SD)
   Usia rata-rata anak Indonesia saat masuk sekolah adalah 6 tahun dan selesai pada usia 12 tahun. Kalau mengacu pada pembagian tahapan perkembangan anak, berarti anak usia sekolah berada dalam dua masa perkembangan, yaitu masa kanak-kanak tengah (6-9) dan masa kanak-kanak akhir (10-12).

a.       Pengertian Karakteristik Siswa
   Karekteristik siswa adalah merupakan seluruh kondisi/keadaan watak yang nyata dan timbul dalam suatu tindakan siswa dalam kehidupannya setiap saat dalam kehidupan sehari-hari. Adapun karekteristik dan kebutuhan peserta didik adalah sebagai berikut:
1)      Senang Bermain
2)      Senang Bergerak
3)      Anak Senang Bekerja Dalam Kelompok
4)      Senang Merasakan atau Melakukan, Memperagakan Sesuatu secara Langsung
5)      Anak Suka Cengeng
6)      Anak Sulit Memahami Isi Pembicaraan Orang Lain
7)      Senang Diperhatikan
8)      Senang Meniru
b.      Masalah Perkembangan Psikologi Anak Usia Sekolah Dasar (SD)
   Perkembangan psikologi anak usia sekolah dasar memang merupakan sebuah hal yang sangat disorot. Pada masa ini, anak akan mendapatkan beragam masalah karena ia baru saja mengenal dunia baru, yaitu dunia sekolah. Berikut adalah beberapa masalah perkembangan psikologi anak usia sekolah dasar yang mungkin saja/bisa terjadi:
1)      Hiperaktif
2)      Sulit Berkonsentrasi
3)      Pemurung dan Penyendiri
4)      Masalah Bicara

2.      Karakteristik Anak Usia Sekolah Menengah Pertama (SMP)
   Terdapat sejumlah karekteristik yang menonjol pada anak usia SMP ini, yaitu seperti berikut:
a.       Terjadinya ketidakseimbangan proporsi tinggi dan berat badan.
b.      Mulai timbulnya ciri-ciri seks sekunder.
c.       Kecenderungan ambivalensi, antara keinginan menyediri dengan keinginan bersosialisasi, serta keinginan untuk bebas dari dominasi dengan kebutuhan bimbingan dan bantuan dari orang tua.
d.      Senang membandingkan kaidah-kaidah, nilai-nilai etika atau norma dengan kenyataan yang terjadi dalam kehidupan orang dewasa.
e.       Mulai mempertanyakan secara skeptik mengenai eksistensi dan sifat kemurahan dan keadilan sosial.
f.       Reaksi dan ekspresi emosi masih labil.
g.      Mulai mengembangkan standar dan harapan terhadap prilaku diri sendiri yang sesuai dengan dunia sosial.
h.      Kecenderungan minat dan pilahan karier reklatif sudah lebih jelas.
3.      Karakteristik Anak Usia Remaja (SMP/SMA)
   Masa remaja (12-21 Tahun) merupakan peralihan antara masa kehidupan anak-anak dan masa kehidupan orang dewasa. Masa remaja sering dikenal dengan masa pencarian jati diri (ego identity). Masa remaja ditandai dengan sejumlah karakteristik penting berikut:
a.       Mencapai hubungan yang matang dengan teman sebaya.
b.      Dapat menerima dan belajar peran sosial sebagai pria atau wanita dewasa yang dijunjung tinggi oleh masyarakat.
c.       Menerima keadaan fisik dan mampu menggunakannya secara efektif.
d.      Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang dewasa lainnya.
e.       Memilih dan mempersiapkan karier di masa depan sesuai dengan minat dan kemampuannya.
f.       Mengembangkan sikap positif terhadap pernikahan, hidup berkeluarga dan memilih anak.
g.      Mengembangkan keterampilan intelektual dan konsep-konsep yang diperlukan sebagai warga negara.
h.      Mencapai tingkah laku yang bertanggung jawab secara sosial.
i.        Memperoleh seperangkat nilai dan sistem etika sebagai pedoman dalam bertingkah laku.
j.        Mengembangkan wawasan keagamaan dan meningkatkan religiusitas.
B.     Teori-Teori tentang Hakikat Perkembangan Peserta Didik
   Berikut dijelaskan beberapa teori psikologi tentang hakikat manusia tersebut, terutama dikaitkan dengan perkembangan psikologi anak didik.
1.      Teori Psikodinamika
   Teori psikodinamika adalah teori psikologi yang berupaya menjelaskan hakikat dan perkembangan tingkah laku (kepribadian) manusia. Teori ini dipelopori oleh Sigmund Freud (1856-1939). Model psikodinamika yang diajukan Frued disebut teori psikoanalistis (psychoanalytic theory. Menurut teori ini, tingkah laku manusia merupakan hasil tenaga yang beroperasi di dalam fikiran, yang sering tanpa disadari oleh individu. Bagi Frued, ketidaksadaran merupakan bagian dari pikiran yang terletak di luar kesadaran yang umum dan berisi dorongan-dorongan instinktual.
2.      Teori Behavioristik’
   Behavioristik adalah sebuah aliran dalam pembahasan tingkah laku manusia yang dikembangkan oleh John B. Watson (1878-1958), seorang ahli psikologi Amerika, pada tahun 1930, sebagai reaksi atas teori psikodinamika. Watson dan teoristik behavioristik lainnya, seperti Skinner (1904-1990), meyakini bahwa tingkah laku manusia merupakan hasil dari pembawaan genetis dan pengaruh lingkungan atau situasional.
3.      Teori Humanistik
   Teori humanistik muncul pada pertengahan abad ke-20 sebagai reaksi terhadap teori psikodinamika dan behavioristik. Para teoritikus humanistik, seperti Carl Rogers (1902-1987) dan Abraham Maslow (1908-1970) meyakini bahwa tingkah laku manusia tidak dapat dijelaskan sebagai hasil dari konflik-konflik yang tidak disadari maupun sebagai hasil pengondisian (conditioning) yang sederhana.
4.      Teori Psikologi Transpersonal
   Psikologi transpersonal merupakan pengembangan psikologi humanistik.
5.      Teori Nativisme (Teori yang berorientasi pada Biologi)
   Aliran nativisme berasal dari kata natus (lahir): nativis (pembawaan) yang ajarannya memandang manusia (anak manusia) sejak lahir telah membawa sesuatu kekuatan yang disebut potensi (dasar).
6.      Teori Empirisme (Teori Lingkungan)
   Aliran empirisme bertentangan demgan paham aliran nativisme. Empirisme (empiri= pengalaman), tidak mengakui adanya pembawaan atau potensinya dibawah lahir manusia. Dengan kata lain, bahwa anak manusia itu lahir dalam keadaan suci dalam pengertian anak bersih tidak membawa apa-apa.
7.      Teori Konvergensi
   Aliran konvergensi berasal dari kata konvergen, artinya bersifat menuju satu titik pertemuan. Aliran ini berpandangan bahwa perkembangan individu itu baik dasar (bakat, keturunan) maupun lingkungan, kedua-duanya memainkan peranan penting.
C.    Perbedaan Individual Peserta Didik
   Dalam kajian psikologi, masalah individu mendapat perhatian yang besar, sehingga melahirkan cabang psikologi yang dikenal dengan Individual psychology atau differential psychology, yang memberikan perhatian besar terhadap penelitian tentang perbedaan antar individu. Berikut ini beberapa aspek perbedaan individual peserta didik tersebut.
1.      Perbedaan Fisik-Motorik
2.      Perbedaan Inteligensi
3.      Perbedaan Kecakapan Bahasa
4.      Perbedaan Psikologis

D.    Periodesasi Perkembangan Anak
1.      Fase Perkembangan Berdasarkan Konsep Didaktif
   Johann Amos Cimenius, membagi fase-fase perkembangan berdasarkan tingkat sekolah yang diduduki anak sesuai dengan tingkat usia dan menurut bahasa yang dipelajari di sekolah.
a.       Pada usia 0-6 tahun = fase sekolah ibu
b.      Pada usia 6-12 tahun = fase sekolah bahasa ibu
c.       Pada usia 12-18 tahun = fase sekolah bahasa latin
d.      Pada usia 18-24 tahun = fase sekolah tinggi dan pengembaraan
2.      Periodisasi Perkembangan Berdasarkan Ciri-ciri Psikologis
   Periode perkembangan berdasarkan ciri-ciri psikologis ini dikemukakan oleh beberapa ahli, diantaranya Oswald Kroch. Ciri-ciri yang digunakan oleh Oswald Kroch dan ia membagi fase perkembangan ini menjadi tiga yaitu:
a.       Fase anak awal, umur 0-3 tahun
b.      Fase keserasian sekolah, umur 3-13 tahun
c.       Fase kematangan, umur 13-21 tahun
















\
BAB IV
Metodologi Dan Pendekatan Pemahaman Dalam Psikologi Perkembangan Dan Kebutuhan Peserta Didik

Beberapa metode dalam psikologi, diantaranya sebagai berikut:
1.      Metodologi Eksperimental
   Peneliti mempunyai kontrol sepenuhnya terhadap jalannya, suatu eksperimen, yaitu menentukan akan melakukan apa pada sesuatu yang akan ditelitinya.
2.      Observasi Ilmiah
   Pada observasi ilmiah, suatu hal pada situasi-situasi yang ditimbulkan tidak dengan sengaja, melainkan dengan proses ilmiah dan secara spontan.
3.      Sejarah Kehidupan
   Sejarah kehidupan seseorang dapat merupakan sumber data yang penting untuk lebih mengetahui “jiwa” orang yang bersangkutan.
4.      Wawancara
   Wawancara merupakan tanya jawab si pemeriksa dan orang yang diperika
5.      Angket
    Angket merupakan wawancara dalam bentuk tertulis.semua pertanyaan telah disusun secara tertulis pada lembar-lembar pertanyaan itu.
6.      Pemeriksaan Psikologi
   Dalam bahasa populermya, pemeriksaan psikologi disebut juga dengan psikotes. Metode ini menggunakan alat-alat psikodiagnostik tertentu yang hanya dapat digunakan oleh para ahli yang benar-benar sudah terlatih.

A.    Metode Observasi, klinis, dan metode Etnografi
   Metode yang bersifat empiris dapat dibagi menjadi beberapa metode seperti yang diuraikan berikut ini:
1.      Metode Observasi
Dalam hal ini observasi dapat melalui tiga cara,yaitu;
a.       Metode Instropeksi
   Istilah “instropeksi” dari bahasa Latin (intro: dalam: dan spektare, melihat). Jadi pada intropeksi individu mengalami sesuatu, dan ia sendiri dapat pula mengamati, mempelajari apa yang dihayati itu. Dengan kata lain, setelah penghayatan itu terjadi individu melihat kembali kepada penghayatan itu. Maka metode intropeksi sering disebut juga “retropeksi” yang berarti melihat kembali.
b.      Metode Instropeksi Eksperimental
   Istilah “instropeksi eksperimental” ialah suatu metode introspeksi, yang dilaksanakan dengan mengadakan eksperimen-ekperimen secara sengaja dan dalam suasana yang dibuat. Metode ini merupakan penggabungan metode introspeksi dan eksperimen, sebagai upaya dalam mengatasi sifat subjektivitas dari metode intropeksi.
c.       Metode Ekstrospeksi
   Arti kata ekstropeksi ialah keluar (ekstro= keluar, dan speksi berasal dari bahasa Latin, sopektare = melihat). Jadi, ekstrospeksi adalah suatu metode dalam ilmu jiwa yang berusaha untuk menyelidiki atau mempelajari dengan sengaja dan teratur gejala-gejala jiwa sendiri dengan membandingkan gejala jiwa orang lain dan mencoba mengambil kesimpulan dengan melihat gejala-gejala jiwa yang ditunjukkan dari mimik dan pantomimik orang lain.
2.      Metode Klinis
   Kata klinis berasal dari kata kline, yang berarti tempat tidur, klinoo= berbaring, kliniek = lembaga untuk meneliti dan menyembuhkan penyakit. Maka yang disebut metode klinik ialah nasihat dan bantuan kedokteran, yang diberikan kepada para pasien, oleh ahli kesehatan. Metode klinis yang diterapkan dalam psikologi ialah kombinasi dari bantuan klinis medis dengan metode pendidikan, untuk melakukan observasi terhadap pasien.
3.      Metode Etnografi
   Etnografi merupakan salah satu dari sekian pendekatan dalam penelitian kualitatif. Dalam istilah Yunani, ethnos, berarti masyarakat, ras atau sebuah kelompok kebudayaan, dan etnografi berarti sebuah ilmu yang menjelaskan cara hidup manusia.
B.     Pendekatan Longitudinal, Transversal, Sukensial, dan Lintas Budaya
1.      Pendekatan Longitudinal
   Pendekatan longitudinal adalah pendekatan dalam penelitian yang dilakukan dengan cara menyelidiki perkembangan manusia dalam jangka waktu yang lama atau sebagian waktu dari hidup manusia tersebut.
2.      Pendekatan Transversal atau Cross-Sectional
   Pendekatan transversal atau cross-sectional adalah pendekatan dalam penelitian yang dilakukan dengan cara menyelidiki perkembangan manusia dari beberapa kelompok dalan jangka waktu yang relatif singkat
3.      Pendekatan Sukensial
   Pendekatan suquential (sukensial) adalah pendekatan kombinasi dari longitudinal dan cross-sectional. Pendekatan ini memungkinkan peneliti untuk membandingkan perbedaan individual dan perkembangan.
4.      Pendekatan Cross-Culture (Lintas Budaya)
   Pendekatan cross-culture adalah pendekatan dalam penelitian yang mempertimbangkan faktor-faktor lingkungan maupun kebudayaan yang dapat memengaruhi perkembangan manusia.
C.    Teori Kebutuhan Peserta Didik
   Chaplin (2002) mendefinisikan need (kebutuhan) sebagai : 1. Satu subtansi selular yang harus dimiliki oleh organisme. 2. Lebih umum, segala kekurangan, ketiadaan/ketidaksempurnaan yang dirasakan seseorang. Dengan demikian, dapat dipahami bahwa kebutuhan merupakan keperluan azasi yang harus dipenuhi, kebutuhan muncul karena ketidakseimbangan dalam diri individu. Maslow menyebutkan lima kebutuhan fisiologis sebagai berikut;
1.      Kebutuhan Fisiologis
2.      Kebutuhan Akan Rasa Aman
3.      Kebutuhan Dicintai dan Disayangi
4.      Kebutuhan Akan Penghargaan
5.      Kebutuhan Akan Aktualisasi Diri
D.    Implikasi Kebutuhan Individu Peserta Didik terhadap Pendidikan
   Pemikiran Maslow tentang Teori Hierarki Kebutuhsn Individu sudah dikenal luas. Secara ideal, dalam rangka pencapaian perkembangan kebutuhan diri siswa, sekolah seyognya dapat menyediakan dan memeuhi berbagai kebutuhan siswanya:
1.      Kebutuhan Jasmani
2.      Kebutuhan Rasa Aman
3.      Kebutuhan Akan Kasih Sayang
4.      Kebutuhan Akan Penghargaan
5.      Kebutuhan Akan Rasa Bebas
6.      Kebutuhan Akan Rasa Sukses
E.     Perkembangan Fisik, Genetik, dan Lingkungan Peserta Didik
   Perkembangan fisik atau yang disebut juga pertumbuhan biologis (biological growth) merupakan salah satu aspek penting dari perkembangan individu. Menurut Seifert dan Hoffnug (1994), perkembangan fisik merupakan perubahan-perubahan dalam tubuh (seperti: pertumbuhan otak dan sistem saraf, organ-organ indrawi, penambahan tinggi dan berat, hormon, dan lain-lain) dan perubahan dalam menggunakan tubuhnya (seperti: perkembangan keterampilan motorik dan seksual), serta kemampuan fisik (seperti: penurunan fungsi jantung, penglihatan, dan sebagainya).
F.     Implikasi Genetik dan Lingkungan Terhadap Pendidikan
   Mc Devitt & Ormrod (2002) merekomendasikan beberapa hal penting yang perlu dilakukan guru dalam menyikapi pengaruh genetik dan lingkungan bagi perkembangan peserta didik, yaitu sebagai berikut:
a.       Memahami dan menghargai perbedaan-perbedaan individual anak.
b.      Menyadari bahwa sebenarnya faktor lingkungan memengaruhi setiap aspek perkembangan.
c.       Mendorong siswa menentukan pilihan-pilihan sendiri untuk meningkatkan pertumbuhan.

Kematangan seksual ditandai dengan perubahan ciri-ciri seks primer (primary seks charateristic) dan ciri-ciri seks sekunder (secondary seks charateristics)
a.       Perubahan ciri-ciri Seks Primer
   Ciri-ciri seks primer anak laki-laki ditujukan dengan pertumbuhan dari batang kemaluan (pernis)dan kantung kemaluan (scrotum)yang terjadi sejak usia anak sekitar 12 tahun dan terjadi selama 5 tahun untuk penis dan 7 tahun untuk skrotum (Seifort dan Hoffnog,1994).
b.      Perubahan Ciri-ciri Seks Sekunder
   Ciri-ciri seks sekunder adalah tanda-tanda jasmaniah yang tidak berhubungan secara langsung dengan proses reproduksi. Tetapi merupakan tanda-tanda perbedaan antara anak laki-laki dan anak perempuan.








































                                      BAB V
Pengembangan Konsep Diri Peserta Didik

A.    Pengembangan Konsep Diri dan Harga Diri Peserta Didik
   Konsep diri adalah suatu gagasan tentang diri sendiri yang mencakup keyakinan, pandangan dan penilaian seseorang terhadap dirinya sendiri. Ada 3 dimensi utama dari konsep diri sebagai berikut:

1.      Pengetahuan : apa yang kita ketahui tentang diri sendiri.
2.      Harapan : dimensi harapan atau diri yang di cita-citakan di masa depan.
3.      Penilaian : penilaian kita terhadap diri sendiri.
B.     Karakteristik Perkembangan Konsep Diri Peserta Didik
1.      Karakteristik konsep diri pada anak usia dasar, yaitu :
a)      Karakteristik internal (lebih memahami dirinya melalui larakter internal dirinya melalui karakteristik eksternal).
b)      Karakteristik aspek sosial (anak sekolah dasar sering kali menjadikan kelompok-kelompok sosial sebagai acuan dalam deskripsi diri mereka).
c)      Karakteristik perbandingan sosial (anak-anak cenderung membedakan diri mereka dari orang lain, secara kompratif daripada secara absolut).
2.      Karakteristik konsep diri pada usia ramaja, yaitu:
a)      Abstract and idealistic (konsep diri abstrak dapat dilihat pada usia 14  tahun dan konsep diri idealis digambarkan dengan membedakan antara diri mereka yang sebenarnya dengan yang diidamkannya)
b)      Differentiated (dibandingkan dengan anak yang lebih muda, anak remaja mungkin untuk menggambarkan dirinya sesuai dengan konteks atau situasi yang semakin terdiferensiasi).
c)      Contradictions within the self (remaja mendiferensiasikan dirinya ke dalam sejumlah peran dan dalam konteks yang berbeda-beda).
d)     The fluctuating self (sifat yang kontradiktif dalam diri remaja pada gilirannya memunculkan fluktuasi diri dalam berbagai situasi dan lintas waktu yang tidak mengejutkan).
e)      Real and deal, true and falses selves (kemampuan untuk menyadari adanya perbedaan antara diri yang nyata).
C.    Karakteristik Belajar Anak Usia SD
   Kecenderungan belajar peserta didik khususnya untuk anak usia sekolah dasar memiliki tiga ciri, yaitu:
1.      Konkret : mengandung mkna proses belajar beranjak dari hal-hal yang konkret, yakni yang dapat dilihat, didengar, dibaui, diraba, dan diotak-atik, dengan titik peneka pada pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar.
2.      Integratif : anak memandang sesuatu yang dipelajari sebagai suatu keutuhan, mereka belum mampu memilah-milah konsep dari berbagai disiplin ilmu, hal ini melukiskan cara berfikir anak yang deduktif, yakni dari hal umum ke bagian demi bagian.
3.      Hierarkis : cara anak belajar berkembang secara bertahap mulai dari hal-hal yang sederhana ke hal-hal yang lebih kompleks.
D.    Kiat Atau Cara yang Dapat Digunakan oleh Guru Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa
1.      Gunakan metode dan kegiatan yang bervariasi
2.      Jadikan siswa peserta aktif
3.      Buatlah tugas yang menantang namun realistis dan sesuai
4.      Ciptakan suasana kelas yang kondusif
5.      Berikan tugas secara proporsional
6.      Latihan diri untuk membantu siswa mencapai hasil
7.      Berikan petunjuk pada para siswa agar sukses dalam belajar
8.      Hindari kompetensi antar pribadi
9.      Berikan masukan
10.  Hargai kesuksesan dan keteladanan
11.  Antusias dalam mengajar
12.  Tentukan standar yang tinggu (namun realistis) bagi seluruh siswa
13.  Pemberian penghargaan untuk memotivasi
14.  Ciptakan aktivitas yang melibatkan seluruh siswa dalam kelas
15.  Kenali minat siswa-siswa
16.  Peduli dengan siswa-siswa
17.  Hindari penggunaan ancaman, dan
18.  Hindarilah komentar buruk



Tidak ada komentar:

Posting Komentar