BAB
I
Psikologi
Perkembangan
A.
Pengertian
Psikologi Perkembangan
Psikologi dapat dipelajari secara teoritis
dan praktis. Psikologi yang dipelajari secara teoritis apabila orang dalam
mempelajarinya demi ilmu itu sendiri, tidak dihubungkan dengan soal praktik.
Sedangkan yang praktis, psikologi dipelajari dan dihubungkan dengan yang segi
praktik. Dalam segi yang praktis ini, orang mencari jalan bagaimana dapat
mempraktikan psikologi untuk kehidupan sehari-hari.
Psikologi merupakan suatu disiplin ilmu yang
sangat besar manfaatnya bagi kehidupan manusia. Psikologi menempatkan manusia
sebagai objek kajiannya. Manusia sendiri adalah makhluk individual sekaligus
makhluk sosial.
B. Tujuan, Fungsi, dan Manfaat
Psikologi Perkembangan
1. Tujuan
Mempelajari Psikologi Perkembangan Peserta Didik
·
Untuk mengetahui tingkah laku individu itu
sesuai atau tidak dengan tingkat usia/perkembangannya.
·
Untuk mengetahui tingkat kemampuan
individu pada setiap fase perkembangannya.
·
Untuk mengetahui kapan individu bisa
diberi stimulus pada tingkat perkembangan tertentu.
·
Agar dapat mempersiapkan diri dalam
menghadapi perubahan-perubahan yang akan tampak
pada anak.
·
Khusus, bagi guru agar dapat memilih dan
memberikan materi dan metode yang sesuai dengan kebutuhan anak, terutama dalam
kegiatan proses belajar mengajar.
·
Memberikan, mengukur, dan menerangkan
perubahan dalam tingkah laku serta kemampuan yang sedang berkembang sesuai
dengan tingkat usia dan yang mempunyai ciri-ciri universal, dalam artian yang
berlaku bagi anak-anak dimana saja dalam lingkungan sosial budaya mana saja.
·
Mempelajari karakteristik umum
perkembangan peserta didik, baik secara fisik, kognitif, maupun psikososial.
·
Mempelajari perbedaan-perbedaan yang
bersifat pribadi pada tahapan, atau masa perkembangan tertentu.
·
Mempelajari tingkah laku anak pada
lingkungan tertentu yang menimbulkan reaksi berbeda.
·
Mempelajari penyimpangan tingkah laku
yang dialami seseorang, seperti kenakalan-kenakalan, kelainan-kelainan dalam
fungsionalitas inteleknya, dan lain-lain.
2. Fungsi
Psikologi Sebagai Ilmu
Psikologi perkembangan memiliki tiga fungsi sebagai ilmu, yaitu sebagai
berikut:
·
Menjelaskan, yaitu mampu menjelaskan
apa, bagaimana, dan mengapa tingkah laku itu terjadi. Hasilnya penjelasan
berupa deskripsi atau bahasan yang bersifat deskriptif.
·
Memprediksikan, yaitu mampu meramalkan
atau memprediksikan apa, bagaimana, dan mengapa tingkah laku itu terjadi. Hasil
prediksi berupa prognosa, prediksi atau estimasi.
·
Pengendalian, yaitu mengendalikan
tingkah laku sesuai dengan yang diharapkan. Perwujudannya berupa tindakan yang
sifatnya preventif atau pencegahan, intervensi atau treatment serta rehabilitasi atau perawatan.
3. Kegunaan
Mempelajari Psikologi Perkembangan
Perkembangan akan menimbulkan kesadaran terhadap diri sendiri, sehingga
dapat melaksanakan tugas-tugas perkembangan dengan baik. Menurut Hurlock
(1980:5-6), beberapa manfaat psikologi perkembangan adalah sebagai berikut:
a. Membantu
apa yang diharapkan oleh anak dan kapan yang diharapkan itu muncul.
b. Dengan
apa yang diharapkan dari anak, memungkinkan untuk menyusun pedoman dalam bentuk
skala tinggi-berat, usia-berat, usia-mental dan skala perkembangan sosial atau
emosional.
c. Memungkinkan
para orang tua atau guru memberikan bimbingan belajar yang tepat.
d. Mengetahui
perkembangan yang normal pada anak.
C. Aspek dan Faktor yang Mempengaruhi
Perkembangan Peserta Didik
1.
Pertumbuhan
Fisik
a. Pertumbuhan
sebelum lahir
b. Pertumbuhan
setelah lahir
2.
Perkembangan
Intelektual
a. Tahap
Sensori Motor (0-2 setengah tahun)
b. Tahap
pra-Operasional (usia 2-7 tahun)
c. Tahap
Operasional Konkret (usia 7-11 tahun)
d. Tahap
Operasional Formal (usia 11-15 tahun)
3.
Emosi
4.
Sosial
5.
Bahasa
6.
Bakat
khusus
7.
Sikap,
Nilai, dan Moral
D. Perkembangan dan Pertumbuhan
1. Pengertian
Perkembangan
Dalam usaha memahami psikologi perkembangan, kita harus mengetahui apa yang
dimaksud dengan perkembangan. Mulanya kata perkembangan berasal dari biologi,
kemudian pada abad ke-20 ini kata perkembangan dipergunakan oleh psikologi.
Karena penggunaannya pertama-tama dalam biologi, pada masa berikutnya ada
ahli-ahli yang menyebut pertumbuhan di samping kata perkembangan, bahkan ada
orang yang menyebut kedua istilah itu untuk maksud yang sama.
2. Pengertian
Pertumbuhan
Istilah perkembangan (development)
dan pertumbuhan (growth) dalam
arti biasa memang dikatakan hampir sama. Keduanya dapat diartikan adanya
perubahan dari keadaan sesuatu kekeadaan yang lain. Namun, pada istilah
pertumbuhan dititik beratkan pada perubahan fisik, sedangkan istilah
perkembangan digunakan kalau lebih menekankan pada perubahan psikis.
3. Aspek-Aspek
yang Mempengaruhi Pertumbuhan
a. Anak
Sebagai Keseluruhan
b. Umur
Mental Anak Mempengaruhi Pertumbuhan
c. Permasalahan
Tingkah Laku Sering Berhubungan dengan Pola-Pola Pertumbuhan
d. Penyesuaian
Pribadi dan Sosial Mencerminkan Dinamika Pertumbuhan
E. Fungsi Pertumbuhan dan Perkembangan
Peserta Didik
Aspek-Aspek Pertumbuhan dan
Perkembangan Peserta Didik
a. Perumbuhan
Fisik
Pertumbuhan manusia merupakan perubahan fisik menjadi lebih besar dan
lebih panjang dan prosesnya terjadi sejak manusia belum lahir hingga ia dewasa.
Masa sebelum lahir merupakan pertumbuhan dan perkembangan manusia yang sangat
kompleks, karena pada masa itu merupakan awal terbentuknya organ-organ tubuh
dan tersusunya jaringan saraf yang membentuk sistem yang gelap.
b. Kecerdasan
(Intelek)
Intelek merupakan kata lain pikir, berkembang sejalan dengan pertumbuhan
syarat otak. Karena pikir pada dasarnya menunjukkan fungsi otak, maka kemampuan
intelektual yang lazim disebut dengan istilah lain kemampuan berfikir,
dipengaruhi oleh kematangan otak yang mampu menunjukkan fungsinya secara baik.
c. Tempramen
(Emosi)
Rasa dan perasaan merupakan salah satu potensi yan khusus dimiliki oleh
manusia. Dalam hidupnya atau dalam proses pertumbuhan dan perkembangan manusia,
banyak hal yang dibutuhkannya.
d. Sosial
Sejalan dengan pertumbuhan badannya, bayi yang telah menjadi anak dan
seterusnya dan menjadi dewasa akan mengenal lingkungan yang luas dan mengenal
banyak manusia. Perkenalan dengan orang lain dimulai dengan mengnal ibunya,
kemudian mengenal ayahnya dan saudara-saudaranya dan akhirnya mengenal manusia
diluar keluarganya.
e. Bahasa
Fungsi bahasa adalah untuk komunikasi. Setiap orang senantiasa
berkomunikasi dengan dunia sekitarnya, dengan orang-orang di sekitarnya.
f. Bakat
Khusus
Bakat merupakan kemampuan tertentu atau khusus yang dimiliki oeh seorang
individu yang hanya dengan rangsangan atau sedikit latihan, kemampuan itu dapat
berkembang dengan baik.
g. Sikap,
Nilai, dan Moral
Bloom (Woolfolk dan Nicolich, 1984:390) mengemukakan bahwa tujuan akhir
dari proses belajar kelompok menjadi tiga sasaran, yaitu penguasaan pengetahuan
(kognitif), penguasaan nilai, dan sikap (afektif) dan penguasaan psikomotorik.
h. Intraksi
Keturunan dan Lingkungan dalam Perkembangan
Keturunan dan lingkungan berjalan bersama atau bekerja sama dan
menghasilkan individu dengan kecerdasan, tempramen tinggi dan berat badan,
minat yang khas. Karena pengaruh lingkungan bergantung pada karekteristik
genetik, maka dapat dikatakan bahwa antara keduanya terdapat interaksi.
F. Perbedaan Individu Peserta Didik
Garry (1963) dalam buku Perkembangan Peserta Didik karya Sunarto dan B. Agung Hartono
mengkategorikan perbedaan individual ke dalam bidang-bidang berikut:
a. Perbedaan
fisik, tingkat dan berat badan, jenis kelamin, pendengaran, penglihatan, dan
kemampuan bertindak.
b. Perbedaan
sosial, termasuk status ekonomi, agama, hubungan keluarga, dan suku.
c. Perbedaan
kepribadian, termasuk watak, motif, minat, dan sikap.
d. Perbedaan
inteligensi dan kemampuan dasar.
e. Perbedaan
kecakapan atau kepandaian di sekolah.
BAB II
Konsep Dasar Perkembangan Pesrta
Didik
A.
Pengertian
Peserta Didik
Peserta didik dalam arti luas adalah setiap orang
yang terkait dengan proses pendidikan sepanjang hayat, sedangkan dalam arti
sempit adalah setiap siswa yang belajar di sekolah (Sinolungan, 1997).
Departeman Pendidikan Nasional (2003) mengaskan bahwa peserta didik adalah
anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan dirinya melalui jalur, jenjang
dan jenis pendidikan.
B. Tahap- tahap dan Ciri Perkembangan
Anak
1. Tahap
Perkembangan Biologis
a. Masa
Prenatal
Masa/periode ini terjadi, pada saat itu anak berada dalam kandungan dan
sangat penting sebagai pembentukan manusia yang biasa berdampak sepanjang
hidup. Memiliki tiga fase, yang pertama, yaitu
pengalihan gen dari orang tua bila terjadi gangguan ciri fisik ataupun
psikologinya akan terganggu. Kedua, pembentukan
organ tubuh serta jenis kelamin, bila terjadi gangguan, akan mengakibatkan
cacat bawaan. Ketiga, lingkungan dari
kandungan dipengaruhi oleh kondisi psikologi dan fisik sang ibu.
b. Masa
Bayi
·
Infancy
(orok):
selama 2 minggu sejak lahir.
1) Fase
partunal, yaitu 30 menit setelah
kelahiran bayi masih merasa bersatu dan tergantung seutuhnya kepada ibunya.
2) Fase
neonatal, yaitu setelah plasenta/ari-ari dipotong, bayi mulai berdiri sendiri
sebagai individu.
·
Babyhood
(bayi):
2 tahun setelah masa jabang bayi.
Masa ini pembentuk dasar kepribadian,
mengalami pertumbuhan secara cepat, sekaligus ketergantungan dengan ibu
berkurang/ individualis. Bayi mulai mengenal banyak orang (sosialisasi) dan
peran seksual sebagaimana anak laki-laki dan anak perempuan.
c. Masa
Kanak-Kanak Awal (Early Childhood)
Berlangsung dari umur 2 tahun sampai 6 tahun. Ini masa sulit karena anak
menjadi susah dikontrol dan mulai sadar dia biasa melakukan apa pun tanpa
bantuan dan merasa tidak harus tunduk pada lingkungan.
d. Masa
Kanak-Kanak Akhir (Late Childhood)
Berlangsung 6 tahum sampai organ seksualnya masak, pada umumnya 12-13
tahun untuk wanita dan 14-15 tahun untuk pria.
e. Masa
Pubertas (Akhil Baligh)
Pubertas ditandai dengan masaknya organ reproduksi, secara fisik sudah
siap beranak-pinak, kemudian daya tarik terhadap lawan jenis lebih kuat. Dalam
masa ini merupakan masa tumpang tindih dan sulit dibandingkan dengan masa
sebelumnya bagi individu.
f. Masa
Remaja (Adolescense)
Ini adalah masa transisi,
yang sangat sulit dari masa sebelumnya/ secara umum merupakan klimaks. Hal ini
dapat diuji individu telah mempunyai pola prilaku yang lebih mantap. Masa
remaja dibagi 2 bagian, yaitu remaja awal sekitar usia 13-17 tahun dan remaja
akhir usia sekitar 17-18 tahun.
g. Masa
Remaja Awal (Early Adulthood)
Berkisar antara 18-40
tahun. Ini adalah masa pemantapan diri terhadap pola hidup baru/keluarga.
Banyak kegiatan yang mulai ditinggalkan, seperti hura-hura, nongkrong.
h. Masa
Dewasa Madya (Middle Adulthood/Middle
Age)
Berkisar antara 40-60
tahun, kehidupan umumnya sudah mapan, berkeluarga, dan memiliki beberapa anak.
Dalam masa ini, pria dan wanita karier merupakan masa puncak keberhasilan, tapi
munculanlah berbagai penyakit fisik.
i.
Masa Usia Lanjut (Late Adulthood/Old Age)
Pada umur 60 tahun ke
atas, masa dimana mensyukuri yang sudah dicapai dari masa sebelumnya. Keadaan
fisik sudah jauh menurun, bahkan sudah pensiun. Timbul berbagai macam masalah,
baik ekonomi, status sosial, ditinggalkan pasangan, serta perubahan nilai-nilai
yang begitu cepat.
2. Tahap
Perkembangan Berdasarkan Didaktif
Adapun tahap-tahap perkembangan itu adalah sebagai berikut:
a. Tahap
I : dari umur 0 sampai 2 tahun. Tahap ini disebut tahap asuhan.
b. Tahap
II: dari umur 2 sampai 12 tahun. Tahap ini dinamakan tahap pendidikan jasmani dan
latihan-latihan panca indera.
c. Tahap
III: dari umur 12 sampai 15 tahun. Tahap ini disebut tahap pendidikan akal
pikiran.
d. Tahap
IV: dari umur 15 sampai 20 tahun. Tahap ini disebut tahap pembentukan watak
(karakter) dan pendidikan agama.
3. Tahap
Perkembangan Berdasarkan Psikologi
Kroh membagi tahap-tahap perkembangan ini sebagai berikut:
a. Tahap
I : mulai umur 0 sampai 3 tahun, yang biasanya disebut juga masa kanak-kanak
awal.
b. Tahap
II : mulai umur 3 sampai 13 tahun, yang disebut juga masa keserasian sekolah.
c. Tahap
III : mulai umur 13 sampai akhir masa remaja, yang biasanya disebut masa
kematangan. Untuk menentukan umur berapa berakhirnya masa remaja itu, tidak
dapat ditentukan dengan pasti tetapi pada umumnya sebagai perkiraan pada umur
21 tahun.
C. Faktor yang Mempengaruhi
Perkembangan Anak
Diantara faktor-faktor di dalam diri yang sangat
berpengaruh terhadap perkembangan individu adalah seperti berikut.
a. Bakat atau pembawaan. Anak
dilahirkan dengan membawa bakat-bakat tertentu, seperti bakat musik, seni,
agama, akal yang tajam, dan sebagainya.
b. Sifat-sifat keturunan. Sifat-sifat
keturunan individu dipusakai dari orang tua atau nenek moyang dapat berupa
fisik dan mental.
c. Dorongan dan instink.
Dorongan adalah kodrat hidup yang mendorong manusia melaksanakan sesuatu atau
bertindak pada saatnya. Sedangkan instink atau naluri adalah kesanggupan atau
ilmu tersembunyi yang menyuruh atau membisikan kepada manusia bagaimana
cara-cara melaksanakan dorongan batin.
Selain itu, ada juga yang menggolongkan faktor yang memengaruhi
perkembangan peserta didik seperti berikut:
1. Faktor
Internal
a. Kondisi
Fisik
b. Kondisi
Psikis
2. Faktor
Eksternal
a. Lingkungan
Fisik
b. Lingkungan
Nonfisik
D. Perkembangan Masa Hidup Anak
1. Perkembangan
Anak dari Segi Psikologi
a. Masa
Balita, Masa Prasekolah (2-5 Tahun)
Pada masa ini, pertumbuhan fisik berjalan terus. Perumbuhan tidak sama
dengan bertambahnya besar tubuh secara beraturan, melainkan suatu penambahan
yang serasi, sehingga anak merupakan suatu kesatuan yang utuh.
b. Masa
Anak Sekolah (6-12 Tahun)
Pada masa ini, anak memasuki masa belajar di dalam dan di luar sekolah.
Anak belajar di sekolah, tetapi membuat latihan pekerjaan rumah yang mendukung
hasil belajar di sekolah.
c. Masa
Anak Tanggung: Praremaja (10-12 Tahun)
Masa praremaja ditandai dengan meningkatnya cara berfikir kritis. Anak
tanggung selalu menanyakan sebab-sebab, akibat-akibat dengan cara menyanggah
pendapat orang dewasa.
E. Kematangan dan Perkembangan
Pengalaman Peserta Didik
Kematangan (maturation)
adalah urutan perubahan yang dialami individu secara teratur yang
ditentukan oleh rancangan genetiknya (Santrock dan Yussen, 1992:20). Kematangan
dipandang sebagai suatu pembawaan (nature),
yakni sebagai warisan biologis organisme yang dibawa sejak lahir.
Para ahli psikologi perkembangan yang
menekankan unsur kematangan atau pembawaan mengklaim perkembangan anak. Pada
dasarnya, individu berkembang dalam cara yang terpola secara genetik, kecuali
jika terganggu atau terhambat oleh faktor lingkungan yang bersifat merusak.
F. Implikasi Pertumbuhan/
Perkembangan/ Kematangan Peserta Didik terhadap Proses Pembelajaran
Istilah “Kematangan”, yang dalam bahasa Inggris
disebut dengan maturation, sering
dilawankan dengan immaturation, yang
artinya tidak matang. Chaplin (2002) mengartikan kematangan (maturation) sebagai : 1. Perkembangan,
proses mencapai kemasakan/usia masak. 2. Proses perkembangan, yang dianggap
berasal dari keturunan, atau merupakan tingkah laku khusus spesies (jenis,
rumpun).
Dari pernyataan diatas, maka dapatlah
ditarik beberapa implikasi pertumbuhan atau perkembangan atau kematangan
peserta didik terhadap penyelenggaraan pendidikan sebagai berikut.
1. Pertumbuhan
dan perkembangan manusia sejak lahir berlangsung dalam lingkungan sosial yang
meliputi semua manusia yang berada dalam lingkungan hidup itu.
2. Interaksi
manusia dengan lingkungannya sejak lahir menghendaki penguasaan lingkungan
maupun penyesuaian diri pada lingkungan.
3. Dalam
iteraksi sosial, manusia sejak lahir telah menjadi anggota kelompok sosial yang
dalam hal ini ialah keluarga.
4. Atas
dasar keterikatan dan kewajiban sosial para pendidik, terutama orang tua, maka
anak senantiasa berusaha menciptakan lingkungan fisik, lingkungan sosial, serta
lingkungan psikis yang sebaik-baiknya bagi proses pertumbuhan dan
perkembangannya.
5. Setelah
umur kronologis mencapai lingkungan tertentu, anak telah mencapai berbagai
tingkat kematangan intelektual, sosial, emosional, serta kemampuan jasmani yang
lain.
6. Kematangan
sosial merupakan kiasan bagi kematangan intelektual, karena perkembangan kecerdasan
berlangsung dalam linkungan sosial terserbut.
7. Kematangan
emosional meliputi kematangan sosial dan kematangan intelektual, karena
sebagian besar tingkah laku manusia dikuasai atau ditentukan oleh kondisui
perasannya.
8. Kematangan
jasmani merupakan dasar yang meliputi semua kematangan.
9. Seorang
anak dimana anak sekolah adalah seorang realis yang hendak mengenal kenyataan
di sekitarnya menurut keadaan senyatanya atau objektif apa adanya.
10. Pemahaman
guru terhadap minat dan perhatian peserta didik akan sangat bermanfaat dalam
perencanaan program-program pendidikan maupun pengajaran.
1. Perkembangan
Anak Usia Sekolah Dasar
Bagi anak usia sekolah dasar, perkembangan, pertumbuhan, dan kematangan
dapat dilihat dari beberapa sudut perkembangan sebagai berikut:
a. Perkembangan
Intelektual
b. Perkembangan
Bahasa
c. Perkembangan
Sosial
d. Perkembangan
Emosi
e. Perkembangan
Emosional
f. Perkembangan
Penghayatan Keagamaan
g. Perkembangan
Motorik
BAB III
Karakteristik Perkembangan Dan
Teori Perkembangan Peserta Didik
A.
Karakteristik
Perkembangan Peserta Didik
Secara garis besarnya, aspek-aspek perkembang
meliputi perkembangan fisik-motorik dan otak, perkembangan kognitif, dan
perkembangan sosio-emosional. Masing-masing aspek perkembangan dihubungkan
dengan pendidikan, sehingga para guru diharapkan mampu memberikan layanan pendidikan
atau menggunakan strategi pembelajaran yang relavan dengan karekteristik
perkembangan tersebut. Secara umum, karekteristik perkembangan peserta didik
dibedakan seperti berikut;
1. Karakteristik
dan Ciri Perkembangan Anak Usia Sekolah Dasar (SD)
Usia rata-rata anak Indonesia saat masuk sekolah adalah 6 tahun dan
selesai pada usia 12 tahun. Kalau mengacu pada pembagian tahapan perkembangan
anak, berarti anak usia sekolah berada dalam dua masa perkembangan, yaitu masa
kanak-kanak tengah (6-9) dan masa kanak-kanak akhir (10-12).
a. Pengertian
Karakteristik Siswa
Karekteristik siswa adalah merupakan seluruh kondisi/keadaan watak yang
nyata dan timbul dalam suatu tindakan siswa dalam kehidupannya setiap saat
dalam kehidupan sehari-hari. Adapun karekteristik dan kebutuhan peserta didik
adalah sebagai berikut:
1) Senang
Bermain
2) Senang
Bergerak
3) Anak
Senang Bekerja Dalam Kelompok
4) Senang
Merasakan atau Melakukan, Memperagakan Sesuatu secara Langsung
5) Anak
Suka Cengeng
6) Anak
Sulit Memahami Isi Pembicaraan Orang Lain
7) Senang
Diperhatikan
8) Senang
Meniru
b. Masalah
Perkembangan Psikologi Anak Usia Sekolah Dasar (SD)
Perkembangan psikologi anak usia sekolah dasar memang merupakan sebuah
hal yang sangat disorot. Pada masa ini, anak akan mendapatkan beragam masalah
karena ia baru saja mengenal dunia baru, yaitu dunia sekolah. Berikut adalah
beberapa masalah perkembangan psikologi anak usia sekolah dasar yang mungkin
saja/bisa terjadi:
1) Hiperaktif
2) Sulit
Berkonsentrasi
3) Pemurung
dan Penyendiri
4) Masalah
Bicara
2. Karakteristik
Anak Usia Sekolah Menengah Pertama (SMP)
Terdapat sejumlah karekteristik yang menonjol pada anak usia SMP ini,
yaitu seperti berikut:
a. Terjadinya
ketidakseimbangan proporsi tinggi dan berat badan.
b. Mulai
timbulnya ciri-ciri seks sekunder.
c. Kecenderungan
ambivalensi, antara keinginan menyediri dengan keinginan bersosialisasi, serta
keinginan untuk bebas dari dominasi dengan kebutuhan bimbingan dan bantuan dari
orang tua.
d. Senang
membandingkan kaidah-kaidah, nilai-nilai etika atau norma dengan kenyataan yang
terjadi dalam kehidupan orang dewasa.
e. Mulai
mempertanyakan secara skeptik mengenai eksistensi dan sifat kemurahan dan
keadilan sosial.
f. Reaksi
dan ekspresi emosi masih labil.
g. Mulai
mengembangkan standar dan harapan terhadap prilaku diri sendiri yang sesuai
dengan dunia sosial.
h. Kecenderungan
minat dan pilahan karier reklatif sudah lebih jelas.
3. Karakteristik
Anak Usia Remaja (SMP/SMA)
Masa remaja (12-21 Tahun) merupakan peralihan antara masa kehidupan
anak-anak dan masa kehidupan orang dewasa. Masa remaja sering dikenal dengan
masa pencarian jati diri (ego identity). Masa
remaja ditandai dengan sejumlah karakteristik penting berikut:
a. Mencapai
hubungan yang matang dengan teman sebaya.
b. Dapat
menerima dan belajar peran sosial sebagai pria atau wanita dewasa yang
dijunjung tinggi oleh masyarakat.
c. Menerima
keadaan fisik dan mampu menggunakannya secara efektif.
d. Mencapai
kemandirian emosional dari orang tua dan orang dewasa lainnya.
e. Memilih
dan mempersiapkan karier di masa depan sesuai dengan minat dan kemampuannya.
f. Mengembangkan
sikap positif terhadap pernikahan, hidup berkeluarga dan memilih anak.
g. Mengembangkan
keterampilan intelektual dan konsep-konsep yang diperlukan sebagai warga
negara.
h. Mencapai
tingkah laku yang bertanggung jawab secara sosial.
i.
Memperoleh seperangkat nilai dan sistem
etika sebagai pedoman dalam bertingkah laku.
j.
Mengembangkan wawasan keagamaan dan
meningkatkan religiusitas.
B. Teori-Teori tentang Hakikat
Perkembangan Peserta Didik
Berikut dijelaskan beberapa teori psikologi tentang
hakikat manusia tersebut, terutama dikaitkan dengan perkembangan psikologi anak
didik.
1. Teori
Psikodinamika
Teori psikodinamika adalah teori psikologi yang berupaya menjelaskan
hakikat dan perkembangan tingkah laku (kepribadian) manusia. Teori ini
dipelopori oleh Sigmund Freud (1856-1939). Model psikodinamika yang diajukan
Frued disebut teori psikoanalistis (psychoanalytic
theory. Menurut teori ini, tingkah laku manusia merupakan hasil tenaga yang
beroperasi di dalam fikiran, yang sering tanpa disadari oleh individu. Bagi
Frued, ketidaksadaran merupakan bagian dari pikiran yang terletak di luar
kesadaran yang umum dan berisi dorongan-dorongan instinktual.
2. Teori
Behavioristik’
Behavioristik adalah sebuah aliran dalam pembahasan tingkah laku manusia
yang dikembangkan oleh John B. Watson (1878-1958), seorang ahli psikologi
Amerika, pada tahun 1930, sebagai reaksi atas teori psikodinamika. Watson dan
teoristik behavioristik lainnya, seperti Skinner (1904-1990), meyakini bahwa
tingkah laku manusia merupakan hasil dari pembawaan genetis dan pengaruh
lingkungan atau situasional.
3. Teori
Humanistik
Teori humanistik muncul pada pertengahan abad ke-20 sebagai reaksi
terhadap teori psikodinamika dan behavioristik. Para teoritikus humanistik,
seperti Carl Rogers (1902-1987) dan Abraham Maslow (1908-1970) meyakini bahwa
tingkah laku manusia tidak dapat dijelaskan sebagai hasil dari konflik-konflik
yang tidak disadari maupun sebagai hasil pengondisian (conditioning) yang sederhana.
4. Teori
Psikologi Transpersonal
Psikologi transpersonal merupakan pengembangan psikologi humanistik.
5. Teori
Nativisme (Teori yang berorientasi pada Biologi)
Aliran nativisme berasal dari kata natus
(lahir): nativis (pembawaan) yang
ajarannya memandang manusia (anak manusia) sejak lahir telah membawa sesuatu
kekuatan yang disebut potensi (dasar).
6. Teori
Empirisme (Teori Lingkungan)
Aliran empirisme bertentangan demgan paham aliran nativisme. Empirisme (empiri= pengalaman), tidak mengakui
adanya pembawaan atau potensinya dibawah lahir manusia. Dengan kata lain, bahwa
anak manusia itu lahir dalam keadaan suci dalam pengertian anak bersih tidak
membawa apa-apa.
7. Teori
Konvergensi
Aliran konvergensi berasal dari kata konvergen, artinya bersifat menuju
satu titik pertemuan. Aliran ini berpandangan bahwa perkembangan individu itu
baik dasar (bakat, keturunan) maupun lingkungan, kedua-duanya memainkan peranan
penting.
C. Perbedaan Individual Peserta Didik
Dalam kajian psikologi, masalah individu mendapat
perhatian yang besar, sehingga melahirkan cabang psikologi yang dikenal dengan Individual psychology atau differential psychology, yang memberikan
perhatian besar terhadap penelitian tentang perbedaan antar individu. Berikut
ini beberapa aspek perbedaan individual peserta didik tersebut.
1. Perbedaan
Fisik-Motorik
2. Perbedaan
Inteligensi
3. Perbedaan
Kecakapan Bahasa
4. Perbedaan
Psikologis
D. Periodesasi Perkembangan Anak
1. Fase
Perkembangan Berdasarkan Konsep Didaktif
Johann Amos Cimenius, membagi fase-fase perkembangan berdasarkan tingkat
sekolah yang diduduki anak sesuai dengan tingkat usia dan menurut bahasa yang
dipelajari di sekolah.
a. Pada
usia 0-6 tahun = fase sekolah ibu
b. Pada
usia 6-12 tahun = fase sekolah bahasa ibu
c. Pada
usia 12-18 tahun = fase sekolah bahasa latin
d. Pada
usia 18-24 tahun = fase sekolah tinggi dan pengembaraan
2. Periodisasi
Perkembangan Berdasarkan Ciri-ciri Psikologis
Periode perkembangan berdasarkan ciri-ciri psikologis ini dikemukakan
oleh beberapa ahli, diantaranya Oswald Kroch. Ciri-ciri yang digunakan oleh
Oswald Kroch dan ia membagi fase perkembangan ini menjadi tiga yaitu:
a. Fase
anak awal, umur 0-3 tahun
b. Fase
keserasian sekolah, umur 3-13 tahun
c. Fase
kematangan, umur 13-21 tahun
\
BAB
IV
Metodologi
Dan Pendekatan Pemahaman Dalam Psikologi Perkembangan Dan Kebutuhan Peserta
Didik
Beberapa metode dalam
psikologi, diantaranya sebagai berikut:
1.
Metodologi Eksperimental
Peneliti mempunyai kontrol sepenuhnya terhadap
jalannya, suatu eksperimen, yaitu menentukan akan melakukan apa pada sesuatu
yang akan ditelitinya.
2.
Observasi Ilmiah
Pada observasi ilmiah, suatu hal pada
situasi-situasi yang ditimbulkan tidak dengan sengaja, melainkan dengan proses
ilmiah dan secara spontan.
3.
Sejarah Kehidupan
Sejarah kehidupan seseorang dapat merupakan
sumber data yang penting untuk lebih mengetahui “jiwa” orang yang bersangkutan.
4.
Wawancara
Wawancara merupakan tanya jawab si pemeriksa
dan orang yang diperika
5.
Angket
Angket merupakan wawancara dalam bentuk
tertulis.semua pertanyaan telah disusun secara tertulis pada lembar-lembar
pertanyaan itu.
6.
Pemeriksaan Psikologi
Dalam bahasa populermya, pemeriksaan
psikologi disebut juga dengan psikotes. Metode ini menggunakan alat-alat
psikodiagnostik tertentu yang hanya dapat digunakan oleh para ahli yang
benar-benar sudah terlatih.
A. Metode Observasi, klinis, dan
metode Etnografi
Metode yang bersifat empiris dapat dibagi menjadi
beberapa metode seperti yang diuraikan berikut ini:
1. Metode
Observasi
Dalam hal ini observasi dapat melalui
tiga cara,yaitu;
a. Metode
Instropeksi
Istilah “instropeksi” dari bahasa Latin (intro: dalam: dan spektare, melihat).
Jadi pada intropeksi individu mengalami sesuatu, dan ia sendiri dapat pula
mengamati, mempelajari apa yang dihayati itu. Dengan kata lain, setelah
penghayatan itu terjadi individu melihat kembali kepada penghayatan itu. Maka
metode intropeksi sering disebut juga “retropeksi” yang berarti melihat
kembali.
b. Metode
Instropeksi Eksperimental
Istilah “instropeksi eksperimental” ialah suatu metode introspeksi, yang
dilaksanakan dengan mengadakan eksperimen-ekperimen secara sengaja dan dalam
suasana yang dibuat. Metode ini merupakan penggabungan metode introspeksi dan
eksperimen, sebagai upaya dalam mengatasi sifat subjektivitas dari metode
intropeksi.
c. Metode
Ekstrospeksi
Arti kata ekstropeksi ialah keluar (ekstro=
keluar, dan speksi berasal dari
bahasa Latin, sopektare = melihat).
Jadi, ekstrospeksi adalah suatu metode dalam ilmu jiwa yang berusaha untuk
menyelidiki atau mempelajari dengan sengaja dan teratur gejala-gejala jiwa
sendiri dengan membandingkan gejala jiwa orang lain dan mencoba mengambil
kesimpulan dengan melihat gejala-gejala jiwa yang ditunjukkan dari mimik dan
pantomimik orang lain.
2. Metode
Klinis
Kata klinis berasal dari kata kline,
yang berarti tempat tidur, klinoo= berbaring,
kliniek = lembaga untuk meneliti dan
menyembuhkan penyakit. Maka yang disebut metode klinik ialah nasihat dan
bantuan kedokteran, yang diberikan kepada para pasien, oleh ahli kesehatan. Metode
klinis yang diterapkan dalam psikologi ialah kombinasi dari bantuan klinis
medis dengan metode pendidikan, untuk melakukan observasi terhadap pasien.
3. Metode
Etnografi
Etnografi merupakan salah satu dari sekian pendekatan dalam penelitian
kualitatif. Dalam istilah Yunani, ethnos,
berarti masyarakat, ras atau sebuah kelompok kebudayaan, dan etnografi
berarti sebuah ilmu yang menjelaskan cara hidup manusia.
B. Pendekatan Longitudinal,
Transversal, Sukensial, dan Lintas Budaya
1. Pendekatan
Longitudinal
Pendekatan longitudinal adalah pendekatan dalam penelitian yang
dilakukan dengan cara menyelidiki perkembangan manusia dalam jangka waktu yang
lama atau sebagian waktu dari hidup manusia tersebut.
2. Pendekatan
Transversal atau Cross-Sectional
Pendekatan transversal
atau cross-sectional adalah
pendekatan dalam penelitian yang dilakukan dengan cara menyelidiki perkembangan
manusia dari beberapa kelompok dalan jangka waktu yang relatif singkat
3. Pendekatan
Sukensial
Pendekatan suquential (sukensial)
adalah pendekatan kombinasi dari longitudinal dan cross-sectional. Pendekatan ini memungkinkan peneliti untuk
membandingkan perbedaan individual dan perkembangan.
4. Pendekatan
Cross-Culture (Lintas Budaya)
Pendekatan cross-culture adalah
pendekatan dalam penelitian yang mempertimbangkan faktor-faktor lingkungan
maupun kebudayaan yang dapat memengaruhi perkembangan manusia.
C. Teori Kebutuhan Peserta Didik
Chaplin (2002) mendefinisikan need (kebutuhan) sebagai : 1. Satu subtansi selular yang harus
dimiliki oleh organisme. 2. Lebih umum, segala kekurangan,
ketiadaan/ketidaksempurnaan yang dirasakan seseorang. Dengan demikian, dapat
dipahami bahwa kebutuhan merupakan keperluan azasi yang harus dipenuhi,
kebutuhan muncul karena ketidakseimbangan dalam diri individu. Maslow
menyebutkan lima kebutuhan fisiologis sebagai berikut;
1. Kebutuhan
Fisiologis
2. Kebutuhan
Akan Rasa Aman
3. Kebutuhan
Dicintai dan Disayangi
4. Kebutuhan
Akan Penghargaan
5. Kebutuhan
Akan Aktualisasi Diri
D. Implikasi Kebutuhan Individu
Peserta Didik terhadap Pendidikan
Pemikiran Maslow tentang Teori Hierarki Kebutuhsn
Individu sudah dikenal luas. Secara ideal, dalam rangka pencapaian perkembangan
kebutuhan diri siswa, sekolah seyognya dapat menyediakan dan memeuhi berbagai
kebutuhan siswanya:
1. Kebutuhan
Jasmani
2. Kebutuhan
Rasa Aman
3. Kebutuhan
Akan Kasih Sayang
4. Kebutuhan
Akan Penghargaan
5. Kebutuhan
Akan Rasa Bebas
6. Kebutuhan
Akan Rasa Sukses
E. Perkembangan Fisik, Genetik, dan
Lingkungan Peserta Didik
Perkembangan fisik atau yang disebut juga
pertumbuhan biologis (biological growth) merupakan
salah satu aspek penting dari perkembangan individu. Menurut Seifert dan
Hoffnug (1994), perkembangan fisik merupakan perubahan-perubahan dalam tubuh
(seperti: pertumbuhan otak dan sistem saraf, organ-organ indrawi, penambahan
tinggi dan berat, hormon, dan lain-lain) dan perubahan dalam menggunakan tubuhnya
(seperti: perkembangan keterampilan motorik dan seksual), serta kemampuan fisik
(seperti: penurunan fungsi jantung, penglihatan, dan sebagainya).
F. Implikasi Genetik dan Lingkungan
Terhadap Pendidikan
Mc Devitt & Ormrod (2002) merekomendasikan
beberapa hal penting yang perlu dilakukan guru dalam menyikapi pengaruh genetik
dan lingkungan bagi perkembangan peserta didik, yaitu sebagai berikut:
a. Memahami
dan menghargai perbedaan-perbedaan individual anak.
b. Menyadari
bahwa sebenarnya faktor lingkungan memengaruhi setiap aspek perkembangan.
c. Mendorong
siswa menentukan pilihan-pilihan sendiri untuk meningkatkan pertumbuhan.
Kematangan seksual ditandai dengan
perubahan ciri-ciri seks primer (primary
seks charateristic) dan ciri-ciri seks sekunder (secondary seks charateristics)
a. Perubahan
ciri-ciri Seks Primer
Ciri-ciri seks primer anak laki-laki ditujukan dengan pertumbuhan dari
batang kemaluan (pernis)dan kantung
kemaluan (scrotum)yang terjadi sejak
usia anak sekitar 12 tahun dan terjadi selama 5 tahun untuk penis dan 7 tahun
untuk skrotum (Seifort dan Hoffnog,1994).
b. Perubahan
Ciri-ciri Seks Sekunder
Ciri-ciri seks sekunder adalah tanda-tanda jasmaniah yang tidak
berhubungan secara langsung dengan proses reproduksi. Tetapi merupakan
tanda-tanda perbedaan antara anak laki-laki dan anak perempuan.
BAB V
Pengembangan
Konsep Diri Peserta Didik
A.
Pengembangan
Konsep Diri dan Harga Diri Peserta Didik
Konsep diri adalah suatu gagasan tentang diri
sendiri yang mencakup keyakinan, pandangan dan penilaian seseorang terhadap
dirinya sendiri. Ada 3 dimensi utama dari konsep diri sebagai berikut:
1. Pengetahuan
: apa yang kita ketahui tentang diri sendiri.
2. Harapan
: dimensi harapan atau diri yang di cita-citakan di masa depan.
3. Penilaian
: penilaian kita terhadap diri sendiri.
B.
Karakteristik
Perkembangan Konsep Diri Peserta Didik
1. Karakteristik
konsep diri pada anak usia dasar, yaitu :
a) Karakteristik
internal (lebih memahami dirinya melalui larakter internal dirinya melalui
karakteristik eksternal).
b) Karakteristik
aspek sosial (anak sekolah dasar sering kali menjadikan kelompok-kelompok
sosial sebagai acuan dalam deskripsi diri mereka).
c) Karakteristik
perbandingan sosial (anak-anak cenderung membedakan diri mereka dari orang
lain, secara kompratif daripada secara absolut).
2. Karakteristik
konsep diri pada usia ramaja, yaitu:
a) Abstract and idealistic (konsep
diri abstrak dapat dilihat pada usia 14
tahun dan konsep diri idealis digambarkan dengan membedakan antara diri
mereka yang sebenarnya dengan yang diidamkannya)
b) Differentiated (dibandingkan
dengan anak yang lebih muda, anak remaja mungkin untuk menggambarkan dirinya
sesuai dengan konteks atau situasi yang semakin terdiferensiasi).
c) Contradictions within the self (remaja
mendiferensiasikan dirinya ke dalam sejumlah peran dan dalam konteks yang
berbeda-beda).
d) The fluctuating self (sifat
yang kontradiktif dalam diri remaja pada gilirannya memunculkan fluktuasi diri
dalam berbagai situasi dan lintas waktu yang tidak mengejutkan).
e) Real and deal, true and falses
selves (kemampuan untuk menyadari adanya perbedaan antara
diri yang nyata).
C.
Karakteristik
Belajar Anak Usia SD
Kecenderungan belajar
peserta didik khususnya untuk anak usia sekolah dasar memiliki tiga ciri,
yaitu:
1. Konkret
: mengandung mkna proses belajar beranjak dari hal-hal yang konkret, yakni yang
dapat dilihat, didengar, dibaui, diraba, dan diotak-atik, dengan titik peneka
pada pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar.
2. Integratif
: anak memandang sesuatu yang dipelajari sebagai suatu keutuhan, mereka belum
mampu memilah-milah konsep dari berbagai disiplin ilmu, hal ini melukiskan cara
berfikir anak yang deduktif, yakni dari hal umum ke bagian demi bagian.
3. Hierarkis
: cara anak belajar berkembang secara bertahap mulai dari hal-hal yang
sederhana ke hal-hal yang lebih kompleks.
D.
Kiat
Atau Cara yang Dapat Digunakan oleh Guru Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar
Siswa
1. Gunakan
metode dan kegiatan yang bervariasi
2. Jadikan
siswa peserta aktif
3. Buatlah
tugas yang menantang namun realistis dan sesuai
4. Ciptakan
suasana kelas yang kondusif
5. Berikan
tugas secara proporsional
6. Latihan
diri untuk membantu siswa mencapai hasil
7. Berikan
petunjuk pada para siswa agar sukses dalam belajar
8. Hindari
kompetensi antar pribadi
9. Berikan
masukan
10. Hargai
kesuksesan dan keteladanan
11. Antusias
dalam mengajar
12. Tentukan
standar yang tinggu (namun realistis) bagi seluruh siswa
13. Pemberian
penghargaan untuk memotivasi
14. Ciptakan
aktivitas yang melibatkan seluruh siswa dalam kelas
15. Kenali
minat siswa-siswa
16. Peduli
dengan siswa-siswa
17. Hindari
penggunaan ancaman, dan
18. Hindarilah
komentar buruk
Tidak ada komentar:
Posting Komentar